Nilai Kearifan Lokal Dalam Memedi Sawah

Siarpedia.com, Yogyakarta – Kebudayaan yang berkembang di masyarakat pedesaan, utamanya kearifan lokal yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Termasuk di DIY yang khas dengan kebudayaan luhurnya. Hingga saat ini masyarakatnya masih memegang teguh nilai budaya yang kental dan syarat makna. Begitu pula dalam kegiatan pertanian yang dilakukan masyarakat juga tidak bisa lepas dari budaya setempat.
Salah satu budaya yang dilakukan masyarakat Jawa dalam bidang pertanian adalah patung memedi sawah yang dimanfaatkan untuk menjaga tanaman padi dari serangan hama perusak seperti burung. Sehingga tanaman tetap aman dari hama perusak tanpa dijaga langsung petani. Seiring zaman, kebiasaan memasang patung memedi sawah di lahan pertanian dijadikan sebuah festival yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar..
Baca Juga ; Dorong Kreativitas Anak dengan Lomba Mewarnai
Hal ini menarik perhatian mahasiswa UNY yang melakukan penelitian tentang nilai yang terkandung dalam festival memedi sawah. Mereka adalah Basid Elmi Izzaqi, Diah Nadiatul Jannah, Rina Suhartanti, Eva Riska Amalia dan Marlinda Putri. Menurut Basid Elmi Izzaqi memedi sawah merupakan karya cipta petani, yaitu upaya kreatif untuk menjaga pertaniannya supaya tidak diserang burung..
Diah Nadiatul Jannah menambahkan memedi sawah merupakan media untuk mengkomunikasikan salah satu bentuk kebudayaan di bidang pertanian kepada masyarakat pada umumnya berupa bentuk visualisasi berbagai nilai seni, kreatifitas, dan budaya yang diwujudkan dalam bentuk boneka sedang hingga raksasa. “Dalam pembuatan memedi sawah berasal dari sisa-sisa dan hasil pertanian maupun peralatan pertanian” kata Diah.
“Nilai-nilai lokal yang diinternalisasikan melalui karakter dapat diambil dari nilai-nilai luhur dari masing-masing kearifan local”
Selain itu untuk menambah kemeriahan tradisi tersebut, pengelola setempat bekerjasama dengan Dinas Pariwisata DIY serta pembuatan memedi sawah juga dilombakan untuk menambah kemeriahan dari tradisi tersebut. “Nilai-nilai lokal yang diinternalisasikan melalui karakter dapat diambil dari nilai-nilai luhur dari masing-masing kearifan local” papar Diah. (*)