Herry IP Anggap Pencapaian Hendra/Ahsan Sudah Maksimal  

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan

Siarpedia.com, Jakarta – Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi menganggap pencapaian Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sudah maksimal dalam BWF World Tour Finals 2020. Pada babak final ganda putra, Minggu, 31 Januari 2021, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan ditaklukkan Lee Yang/Wang Chi Lin, 17-21, 21-23 dalam waktu 37 menit.

 

“Kalau melihat permainan tadi sih memang Ahsan/Hendra kalah tenaga, tenaga tangannya. Pertama karena lapangannya juga kalah angin. Harus diakui pemain Chinese Taipei ini selama tiga minggu penampilannya konsisten banget. Penampilan mereka di Thailand Open ini bagus banget. Baik dari fisik, tenaga, konsentrasi, dan fokusnya luar biasa menurut saya,”

 

“Kalau melihat permainan tadi sih memang Ahsan/Hendra kalah tenaga, tenaga tangannya. Pertama karena lapangannya juga kalah angin. Harus diakui pemain Chinese Taipei ini selama tiga minggu penampilannya konsisten banget. Penampilan mereka di Thailand Open ini bagus banget. Baik dari fisik, tenaga, konsentrasi, dan fokusnya luar biasa menurut saya,” ungkap Herry IP, Sebagaimana dilansir laman Persatuan  Bulutangkis Seluruh Indonesia.

 

Herry pun menilai, strategi permainan pun sulit untuk diterapkan. Sejak awal kualitas lawan memang lebih unggul. Mereka bermain sangat cepat dan keras. “Memang buat Ahsan/Hendra, pencapaian ini di usia mereka ini sudah bisa sampai final, menurut saya sudah cukup baik di usia mereka di atas 30 tahun ini. Meski belum sempurna untuk menjadi juara,” kata Herry.

 

“Kalau strategi sih sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Memang gim pertama itu kita tertekan terus, tidak bisa keluar. Memang kualitas drive-nya pemain Chinese Taipei ini sangat keras, sangat cepat. Jadi kita mau antisipasi atau mengubah cara main juga tidak bisa, karena mereka menyerang dan menekan terus menerus. Kita mau tahan atau rem juga mereka langsung menutup lagi. Ya itu tadi, tenaga tangannya kita kalah,” jelas Herry.

 

“Bolanya kalah cepat karena keras. Kalau kemarin lawan Korea Selatan kan hampir sama sebenarnya mainnya, meski tenaganya (Korea Selatan) kemarin agak turun sedikit. Kalau ini kan (Chinese Taipei) tenaganya masih konsisten. Tidak bisa diakalin sama sekali. Jadi memang yang utamanya adalah kalah di kecepatan dan tenaganya,” tambah Herry. Tentu bermain di usia tergolong tidak muda, menjadi tantangan tersendiri bagi Ahsan/Hendra.  (*).

 

Tinggalkan Balasan