Siarpedia.com, Sleman – Pada zaman globalisasi, interaksi dan toleransi masyarakat mulai dirasakan semakin terkikis. Kearifan lokal yang merupakan tata cara dalam berinteraksi, yang dapat menjadi pedoman untuk masyarakat dalam mewujudkan sikap masyarakat agar sesuai nilai mulai dipertanyakan keberadaannya. Tepo seliro merupakan salah satu kearifan lokal di Yogyakarta yang menjadi pedoman dalam sikap toleransi.
“Namun sepertinya, saat ini masyarakat sudah mulai tidak mengenal atau tidak mengimplementasikan kearifan lokal tepo seliro dalam berinteraksi maupun dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Azwan, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis, 23 April 2020. Oleh karena itu, ia bersama sekelompok mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY tertarik untuk menelitinya.
Bersama dengan Arista Damayanti dan Dian Fadillah, Azwan meneliti bagaimana eksistensi kearifan lokal tepo seliro sebagai perilaku toleransi pada masyarakat Yogyakarta di era globalisasi seperti sekarang. Menurut Azwan, dalam bahasa Indonesia, tepo seliro diartikan sebagai ‘tenggang rasa’. Namun, tenggang rasa dalam masyarakat Jawa ini lebih halus dan memuat nilai-nilai keluhuran lain.
“Kota Yogyakarta yang pernah mendapat predikat city of tolerance merasakan penurunan sikap tepo seliro ini. Untuk itu, kami membuat penelitian ini untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan tepo seliro itu,”
Menjunjung tinggi rasa tenggang rasa bukan saja menjadi hal penting dalam mewujudkan harmoni kehidupan, namun juga menjadikan setiap diri mencapai martabat baik di hadapan manusia dan Tuhannya. “Kota Yogyakarta yang pernah mendapat predikat city of tolerance merasakan penurunan sikap tepo seliro ini. Untuk itu, kami membuat penelitian ini untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan tepo seliro itu,” katanya.
Menurutnya, penelitian ini dilaksanakan di kota Yogyakarta dengan mewawancarai sejumlah narasumber diantaranya masyarakat, abdi dalem, dosen dan mahasiswa. “Keberadaan tepo seliro sampai saat ini masih ada, sebagai budaya asli suku Jawa, namun tidak dapat dipungkiri keberadaan budaya tepo seliro sudah mulai terjadi pergesaran. “Hal tersebut disebabkan arus perubahan zaman yang terjadi” katanya. (*)