Siarpedia.com, Yogyakarta – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) Kelompok 13, dengan Dosen pembimbing Lapangan (DPL) Anief Fauzan Rozi SKom MEng MCE telah di terjunkan ke Dusun Kalimenur Sukoreno Sentolo Kulon Progo. Mereka tertantang untuk terjun ke dunia pertanian guna membantu membangkitkan kelompok tani dan KWT (Kelompok Wanita Tani) Dusun Kalimenur.
Berdasarkan survey tim KKN UMBY Kelompok 13, 70% masyarakat Dusun Kalimenur bekerja sebagai petani. Penanaman pokok yang biasa dilakukan sepanjang tahun adalah padi dan jagung. Sayangnya masyarakat Dusun Kalimenur mengeluhkan harga panen yang tak sebanding dengan modal.. Oleh sebab itu, pada 2 agustus 2021 , KKN-PPM UMBY kelompok 13 mengajak masyarakat Dusun Kalimenur untuk memanfaatkan lahan kosong di pekarang rumah agar bisa ditanami sayur-sayuran.
Program tersebut bertujuaan agar masyarakat bisa memiliki penghasilan lain, selain penjualan utama mereka, padi dan jagung. Tak hanya itu, program ini berdampak pada lingkungan, karena lahan kosong yang biasa digunakan untuk penumpukan kayu maupun sampah dapat digunakan secara maksimal dan tidak menimbulkan pencemaran. Acara berlangsung dengan diikuti oleh para Kader dan KWT Dusun Kalimenur, mereka antusias dalam mengikuti setiap prosesnya.
“Adanya program kerja pemanfaatan lahan dari tim kkn sangat memberikan dampak yang positif ya untuk kami para ibu. Karena hasil panen ini dapat kita jual, entah kita jual untuk KWT maupun kita jual secara mandiri,” tutur Ketua Kader Lina Indriyana, sebagaimana disampaikan Kepala Humas UMBY Widarta SE MM, Senin, 9 Agustus 2021. Diharapkan masyarakat Dusun Kalimenur dapat lebih memajukan pertanian mereka..
“Selama ini, kalau saya menanam sayuran pasti mati, ternyata ada teknik- teknik tersendiri,”
Disampaikan, KKN merupakan kegiatan yang mendukung kreatifitas mahasiswa untuk membantu membangun SDM dan membantu perancangan infrastruktur suatu komunitas. Program KKN UMBY ini diikuti lebih dari 1.000 mahasiswa telah berlangsung sejak 23 Juli 2021 “Selama ini, kalau saya menanam sayuran pasti mati, ternyata ada teknik- teknik tersendiri.” tutup Lina Indriyana. (*)