Siarpedia.com, Yogyakarta – Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa dan Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI) bersama-sama menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk Indigenous Mental Health: Past, Future and Present dengan menghadirkan pembicara internasional. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (02/12) dengan diikuti 575 peserta secara hybrid.
Melalui kajian kesehatan mental psikologi indigeneous ini berusaha memahami manusia berdasarkan konteks di mana mereka hidup, tumbuh dan berkembang. “Seminar ini bertujuan mengeksplorasi sejarah, kondisi saat ini dan mengidentifikasi peluang di masa depan untuk penelitian dan intervensi lebih baik di bidang kesehatan mental,” kata Ketua Tim Panitia Ratri Pratiwi SPsi MA.
Pembicara Prof Hans Pols dari The University of Sydney mengawali bahasan sejarah kolonialisme dan trauma kolektif akibat konflik politik dan bencana di Indonesia berkontribusi membangun konsep kesehatan mental di Indonesia. Setelah itu, Ranjana Sharma dari Nepal berbagi pengalaman penelitian tentang fenomena maraknya pekerja anak yang turut berkontribusi pada menurunnya kualitas kesehatan mental anak-anak di Nepal.
Baca Juga ; Hilirisasi Penelitian bagi Dosen, Penting !
Prof Siti Aishah Hassan dari Universiti Putra Malaysia menawarkan solusi Intervensi terkini menggunakan pendekatan konseling keluarga berbasis Islam. Ia juga memberikan pesan untuk menempatkan keimanan kepada Allah SWT sebagai pondasi membangun keluarga sakinah. Ryan Sugiarto SPsi MA dari UST berbagi hasil penelitian mitos Pulung Gantung di Gunung Kidul.
Setiap generasi mempunyai karaktersitik dan tantangannya masing-masing dalam mengelola kesehatan mentalnya,”
Pembicara terakhir Reny Yuniasanti MPsi PhD Psikolog dari UMBY berbagi hasil penelitiannya mengenai karakteristik dari berbagai generasi mulai generasi G, I sampai Z. Ia menekankan pentingnya dukungan sosial untuk menjaga kesehatan mental generasi milenial di masa sekarang. “Setiap generasi mempunyai karaktersitik dan tantangannya masing-masing dalam mengelola kesehatan mentalnya,” ujar Reny Yuniasanti. (*)
(tim siarpedia.com)