Bersama UPSI, PBI UMBY Gelar Workshop

Siarpedia.com, Yogyakarta – Rangkaian workshop kolaborasi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) dengan Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia usai sudah. Workshop merupakan International Joint Community Service ini ditutup Wakil Dekan FKIP UMBY Agustinus Hary Setyawan SPd MA, Senin, 26/04/2021.
Sebagaimana disampaikan Kepala Humas UMBY Widarta SE MM, acara ini dihadiri oleh kedua tim pengabdian masyarakat dari UMBY, UPSI, serta peserta workshop yang setia hadir dan antusias mengikuti semua rangkaian dari seri pertama sampai akhir ini baik dari Sekolah Menengah Sains Banting – Selangor, Sekolah Menengah Kebangsaan Khir Johari – Perak, maupun Universiti Sains Islam Malaysia.
Dalam sambutannya Hary, sapaan akrabnya, mengapresiasi kegiatan yang diusung oleh dua universitas ini sebagai kolaborasi internasional yang mana kita semua bisa belajar bersama dan mengambil manfaat dari kegiatan ini, khususnya dalam pengenalan budaya lokal untuk peserta didik generasi Z melalui Pendekatan Pembelajaran Bahasa Berbasis Budaya atau dikenal dengan Cultural Language Learning Approach (CLLA).
Seri terakhir dalam program pengabdian ini diisi dengan Focused Group Discussion (FGD) yang di dalamnya juga ada pemodelan pengajaran menggunakan CLLA yang dipresentasikan oleh dua peserta guru dari Sekolah Menengah Sains Banting, Selangor yang kerap disapa dengan Miss Izan dan Mr. Danial yang keduanya merupakan guru Bahasa Inggris di tingkat satuan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Kedua peserta ini mencoba mempraktikkan pengajaran dengan mengintegrasikan nilai budaya melalui upacara adat pernikahan dan tari-tarian yang ada di Malayasia sebagai teks (discourse) dalam pembelajaran. Umpan balik pun diberikan oleh para mentor dan peserta lain untuk saling berdiskusi, memahami lebih dalam apa itu CLLA, “
“Kedua peserta ini mencoba mempraktikkan pengajaran dengan mengintegrasikan nilai budaya melalui upacara adat pernikahan dan tari-tarian yang ada di Malayasia sebagai teks (discourse) dalam pembelajaran. Umpan balik pun diberikan oleh para mentor dan peserta lain untuk saling berdiskusi, memahami lebih dalam apa itu CLLA, “ demikian disampaikan Hary. (*)