Siarpedia.com, Yogyakarta – Paguyuban Alumni Magister Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) bersama dengan para dosen Fakultas Psikologi UMBY melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan mengadakan lokakarya dalam bentuk psikoedukasi. Lokakarya kali ini bertajuk “Menciptakan Lingkungan Kondusif untuk Mencegah Kekerasan Seksual”.
Kegiatan psikoedukasi ini digagas warga RT 06 Bintaran Wetan, Srimulyo, Piyungan Bantul bekerja sama dengan Paguyuban Alumni Magister Psikologi, Fakultas Psikologi, UMBY dan Kepolisian Sektor Piyungan. Menurut Ketua RT 06, Bintaran Wetan, Srimulyo, Piyungan, Santosa keinginan mewujudkan Kampung Ramah Anak menjadi dorongan masyarakat untuk mempelajari upaya mengatasi permasalahan tersebut dari sudut pandang keilmuan psikologi.
Sebagaimana disampaikan Kepala Humas UMBY Widarta SE MM, Senin, 05 April 2021, kegiatan yang diselenggarakan di Pendopo Cokrojayan, Bintaran Wetan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, ini bertujuan untuk memberikan psikoedukasi bagi warga, dalam rangka perwujudan Kampung Ramah Anak. Dalam lokakarya ini dirumuskan beberapa usaha pencegahan dan penanggulangan permasalahan kekerasan seksual pada anak.
Narasumber lokakarya berasal dari warga, kepolisian, dan dosen Fakultas Psikologi UMBY. Perwakilan Kepolisian Sektor Piyungan Iptu Widayadi memberikan materi mengenai langkah yang perlu dilakukan warga jika ada kasus kekerasan anak dan prosedur penanganannya. Dosen Fakultas Psikologi UMBY Angelina Dyah Arum S MPsi Psikolog menekankan pentingnya peran orang tua dan masyarakat dalam pencegahan kekerasan seksual.
“Orang tua perlu mewaspadai lingkungan di sekitar anak dan peka pada setiap perubahan perilaku anak. Selain itu, masyarakat perlu mendukung terwujudnya lingkungan kondusif, nyaman dan terbuka bagi anak. Orang tua juga perlu mengembangkan pola komunikasi yang hangat dan terbuka sehingga dapat menjadi tempat anak bercerita saat mengalami kekerasan seksual baik secara fisik maupun non fisik,”
“Orang tua perlu mewaspadai lingkungan di sekitar anak dan peka pada setiap perubahan perilaku anak. Selain itu, masyarakat perlu mendukung terwujudnya lingkungan kondusif, nyaman dan terbuka bagi anak. Orang tua juga perlu mengembangkan pola komunikasi yang hangat dan terbuka sehingga dapat menjadi tempat anak bercerita saat mengalami kekerasan seksual baik secara fisik maupun non fisik,” tutur Angelina Dyah Arum S. (*)