Siarpedia.com, Yogyakarta – Gas vulkanik merupakan salah satu parameter penting dalam mempelajari aktivitas magma sebelum terjadinya letusan. Secara umum, kenaikan konsentrasi gas vulkanik adalah indikasi kenaikan aktivitas magmatik di gunungapi, termasuk di Gunung Merapi. Karena itu, tidak jarang warga Gunung Merapi melihat asap sulfatara putih keluar dari kawah.
“Asap tersebut merupakan hembusan gas yang terdiri dari beberapa kandungan seperti CO2, H2O hingga SO2 yang menjadi penanda aktivitas vulkanik Merapi,”
“Asap tersebut merupakan hembusan gas yang terdiri dari beberapa kandungan seperti CO2, H2O hingga SO2 yang menjadi penanda aktivitas vulkanik Merapi,” ungkap Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Dr Hanik Humaida dalam siaran informasi BPPTKG ‘Geokimia Gas Merapi’ melalui kanal Youtube BPPTKG, Sabtu, 12 Desember 2020.
Hanik Humaida menjelaskan, kandungan dalam gas yang keluar dari kawah Gunung Merapi menjadi salah satu indikator aktivitas vulkanik. Karena itu sangat penting untuk memantau gas Gunung Merapi saat terjadi proses erupsi seperti saat ini. “Kalau flux SO2 meningkat, maka jadi salah satu indikator adanya proses pengisian kantong magma oleh magma baru. Kalau menurun, bisa menjadi tanda awal penurunan aktivitas vulkanik,” paparnya.
Pentingnya pemantauan gas di puncak Gunung Merapi, sehingga menjadi bagian penting dari mitigasi bencana. Seiring zaman, pemantaun juga mengikuti perkembangan teknologi. “Karena tak bisa dilakukan dari jarak dekat karena kedalaman kawah yang menyulitkan pengamat ditambah medan berbahaya karena letusan bisa terjadi sewaktu-waktu. Namun, kemajuan teknologi kini membantu proses deteksi tersebut dari jarak jauh,” ungkapnya.
Aktivitas Gunung Merapi saat ini masih cukup tinggi dengan status ‘Siaga’ atau Level III. Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktivitas di 5 kilometer dari puncak Merapi. “Gas bisa kita ukur tak harus ke puncak, namun bisa dari jarak jauh. Ada ground based measurement, remote sensing method atau dari satelite. Di Gunung Merapi sistem pengukuran dari jarak jauh (Cospec) dilakukan dari 7 kilometer dari puncak,” katanya. (*)