Siarpedia.com, Yogyakarta – DIY masih menghadapi pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat pandemi Covid-19, sehingga berdampak bagi kondisi perekonomian masyarakat DIY. Bahkan, diperkirakan jumlah penduduk miskin di DIY bertambah tidak sedikit, seiring banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) imbas kesulitan ekonomi tersebut.
“Meski jumlah angka persentase kemiskinan bertambah, namun Indek Pembangunan Manusia (IPM) DIY justru sebaliknya berada di atas rata-rata nasional,”
“Meski jumlah angka persentase kemiskinan bertambah, namun Indek Pembangunan Manusia (IPM) DIY justru sebaliknya berada di atas rata-rata nasional,” ujar Asisten Perekonomian Setda DIY Tri Saktiyana dalam seminar online yang diselenggarakan Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bertajuk ‘Peran Universitas Gadjah Mada dalam Pembangunan di DIY’, Jumat, 20 November 2020.
Ia menyebutkan, IPM berada di angka 79,99, sedangkan angka nasional 71,92. Selanjutnya Indek Pembangunan Kebudayaan tertinggi nasional 73,39, dibanding rata-rata nasional di angka 53,74. “Pada triwulan pertama kita minus 0,16 dan pada triwulan kedua minus 6,72, lalu di triwulan ketiga minus 2,84. Dua triwulan berturut turut tidak positif disebut kita mengalami resesi,” katanya.
Menurut Tri Saktiyana, pertumbuhan ekonomi DIY saat ini ditopang oleh sektor industri skala rumah tangga dan pertanian, pariwisata dan sektor pendidikan. Namun saat ini juga ikut terimbas oleh pandemi Covid-19. Oleh karena itu, ia mengharapkan UGM bisa menjadi trendsetter pembangunan ekonomi di Yogyakarta lewat program pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat.
Sedangkan Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof Irfan Priyambada menyebut, kemiskinan menjadi salah satu persoalan pembangunan yang belum mampu diselesaikan secara tuntas hingga kini. Meski pemerintah melakukan berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan. Menurutnya, akar permasalahan keluarga miskin perlu diidentifikasi dengan baik agar mendapat penanganan lewat program yang lebih tepat. (*)