Siarpedia.com, Yogyakarta – Tanaman singkong seringkali dijumpai di wilayah negara beriklim tropis. Salah satu wilayah yang membudidayakan tanaman singkong ini adalah kecamatan Kesugihan kabupaten Cilacap. Hal ini yang mendorong banyaknya masyarakat Kesugihan mengolah singkong menjadi beranekaragam olahan yang memiliki cita rasa yang tinggi, dimana salah satunya adalah opak.
Seperti yang dilakukan oleh salah satu pembuat opak, yakni Solikhin yang memproduksi opak per bulan sebanyak 12.000 lembar opak dengan omset yang diperoleh per bulan Rp 8.000.000,00. Namun, ada kendala dari pembuatan opak yaitu proses pengukusan dan pengeringan. Dimana proses pengukusan adonan menjadi opak membutuhkan wadah besar untuk kapasitas hasil yang banyak.
Kemudian, pengeringan opak yang masih mengandalkan sinar matahari dan membutuhkan lahan yang luas. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Penerapan Teknologi (PK), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang sebuah mesin yang diberi nama Opak Dryer Machine. Alat ini diklaim mampu membantu produksi opak semakin maksimal dan lebih bagus.
Tim PKM PK UNY pembuat mesin opak tersebut terdiri dari Muhammad Faqihul Imam, Abdul Rosyid Hidayatullah, (Program Studi Fisika), Intan Sulistyani Widiarti (Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran), Ardi Jati Nugroho (Prodi Pendidikan Teknik Mesin), dan Amara Widiyanty (Prodi Pendidikan Fisika) dengan dosen pembimbing Surono SPd MPd.
“Dengan alat ini dapat memperbesar kapasitas dan dimensi wadah, sekaligus menambahkan fungsi pengeringan. Selain itu juga menggunakan wadah yang pengeringannya menggunakan kompor gas, sehingga tidak tergantung pada keberadaan sinar matahari,”
Faqihul Imam, ketua tim menjelaskan, dengan alat ini bisa memberikan alternative pemecahan masalah yang dialami dalam membuat opak. “Dengan alat ini dapat memperbesar kapasitas dan dimensi wadah, sekaligus menambahkan fungsi pengeringan. Selain itu juga menggunakan wadah yang pengeringannya menggunakan kompor gas, sehingga tidak tergantung pada keberadaan sinar matahari,” katanya, Rabu, 23 September 2020. (*)