Siarpedia.com, Yogyakarta – Program Studi (Prodi) Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengadakan International Tropical Farming Summer School (ITFSS) kelima di tahun 2020. Tema kali ini yang diangkat adalah ‘Approaching Technology Based on Local Wisdom in Support Agriculture Sustainability in Tropical Area’.
Sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ITFSS kali ini harus diselenggarakan melalui jaringan virtual karena dunia saat ini sedang tertimpa pandemi virus Covid-19. Namun tak mengurangi antusiasme peserta, ITFSS 2020 diikuti oleh 50 mahasiswa dari berbagai negara diantaranya Indonesia, Spanyol, Sri Lanka, Jepang, Myanmar, Ghana, dan India.
“Tujuan diadakannya Summer School ini adalah untuk mengundang pelajar dari seluruh dunia, jadi mereka bisa bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman tentang bagaimana bertani di iklim tropis Indonesia,”
“Tujuan diadakannya Summer School ini adalah untuk mengundang pelajar dari seluruh dunia, jadi mereka bisa bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman tentang bagaimana bertani di iklim tropis Indonesia,” ujar Dr Ir Indira Prabasari MP, Dekan Prodi Agroteknologi UMY, yang juga sekaligus membuka acara ITFSS online, pada Kamis, 27 Agustus 2020, Kegiatan ini dilaksanakan hingga Jum’at, 28 Agustus 2020
Rektor UMY Dr Ir Gunawan Budiyanto MP, yang menjadi pembicara dalam ITFSS online pada hari kedua, Jum’at, 28 Agustus 2020, mengatakan di DIY terdapat permasalahan sektor pertanian, khususnya petani yang tinggal di area tanah berpasir. Hal ini bisa menjadi pengetahuan bagi peserta tentang bagaimana menanggulangi masalah pertanian ketika berada di area tanah berpasir.
Dalam iklim kering, bahan organik tanah terurai cepat. Kondisi ini menyebabkan daratan pantai kekurangan bahan organik dan humus untuk membentuk gumpalan tanah. Dilihat dari sifat fisiknya, tanah dengan kandungan bahan organik yang rendah memiliki kapasitas rendah dalam menahan air, kandungan nitrogen, dan pemupukan menjadi tidak efisien karena unsur hara yang berasal dari daerah perakaran menjadi hilang disebabkan oleh gravitasi air. (*)