Siarpedia.com, Sleman – Keberadaaan para guru Bimbingan dan Konseling (BK) di lembaga pendidikan dituntut untuk terus beradaptasi dengan dunia pendidikan yang dinamis, seiring perubahan zaman dan dinamika kehidupan. Metode konvensional yang telah digunakan selama ini dalam memberikan pelayanan pada siswa di sekolah, perlu dievaluasi sebagai upaya peningkatan kinerja konselor.
“Salah satu inovasi pelayanan yang dikembangkan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Prodi Bimbingan dan Konseling, Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) adalah aplikasi Sistem Potensi Individu (SIMPOSIDU),”
“Salah satu inovasi pelayanan yang dikembangkan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Prodi Bimbingan dan Konseling, Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) adalah aplikasi Sistem Potensi Individu (SIMPOSIDU),” ungkap Dosen BK UMBY Abdul Hadi MPd, sebagaimana disampaikan Kabag Humas UMBY Widarta SE MM, Sabtu, 11 Juli 2020.
MGBK dan UMBY pun rutin melakukan acara bersama, termasuk seminar online juga launching SIMPOSIDU dengan menghadirkan Dosen BK UMBY Abdul Hadi MPd. Dalam kesempatan tersebut, ia memaparkan mekanisme penggunaan SIMPOSIDU sebagai instrumen pengumpulan data siswa berbasis online. Ketua MGBK Provinsi Jawa Tengah, Winda Wibisono SPd pun mengapresiasi SIMPOSIDU.
Seminar dan launching menggunakan aplikasi Zoom. Peserta tertarik dengan aplikasi yang merupakan adaptasi dari buku catatan pribadi. “Aplikasi SIMPOSIDU adalah jawaban dari keresahan para Guru BK dikarenakan ruangan BK yang penuh sesak dengan buku pribadi siswa. Aplikasi tersebut menjadi ruang untuk menyimpan data base pribadi yang dibutuhkan, khususnya peserta didik dan tak lain untuk guru BK di sekolah,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Samiran menyampaikan bahwa aplikasi SIMPOSIDU ini merupakan aplikasi monumental dan harus didukung sebagai aplikasi karya anak bangsa yang akan sangat membantu kinerja Guru BK di sekolah. Bisa dibayangkan penghematan tempat yang terjadi dengan mengubah buku pribadi siswa selama 3 tahun menjadi sistem digital. (*)