Siarpedia.com, Bantul – Kepanikan terhadap wabah virus corona (Covid-19) tengah melanda dunia, termasuk Indonesia. Pola hidup sehat pun sangat dianjurkan guna mencegah penularan virus ini, mislanya dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker ketika keluar rumah, menjaga jarak (social distancing). Selain itu, masyarakat juga harus membiasakan pola makan sehat secara berimbang.
Agus Setiyoko STP MSc, Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP), Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) mengungkapkan, pola makan yang tak sehat ditambah kondisi WfH (work from home) yang memaksa bekerja dan beraktifitas di rumah mengakibatkan kurang gerak/berolahraga, istilah baru yang muncul ‘kaum rebahan’. Imbasnya naiknya skor asam urat, kolesterol dan kadar trigliserida darah.
“Mengkonsumsi makanan lezat dan enak merupakan kenikmatan tersendiri, tapi perlu diingat, apakah makan lezat dan enak itu bergizi atau malah sebaliknya? Ibarat kata menjadi madu di lidah tapi racun di perut. Jangan sampai makanan yang enak dan lezat justruh menjadi gerbang munculnya penyakit degeneratif dalam tubuh kita,”
“Mengkonsumsi makanan lezat dan enak merupakan kenikmatan tersendiri, tapi perlu diingat, apakah makan lezat dan enak itu bergizi atau malah sebaliknya? Ibarat kata menjadi madu di lidah tapi racun di perut. Jangan sampai makanan yang enak dan lezat justruh menjadi gerbang munculnya penyakit degeneratif dalam tubuh kita,” ujar Agus Setiyoko, sebagaimana disampaikan Kepala Humas UMBY Widarto SE MM, Rabu, 13 Mei 2020.
Dikatakan, suka atau tidak suka saat ini semakin meluasnya penyakit degeneratif, seperti penderita jantung koroner, kanker, darah tinggi, diabetes, dan stroke yang diderita oleh kalangan muda yang berusia 40-an tahun, akibat pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat. Pandemi virus Covid-19 dapat mengancam terjadinya krisis global pangan karena adanya kebijakan lockdown dari berbagai negara termasuk indonesia.
Kondisi ini menyebabkan pasokan pangan terputus. Ditambah pembatasan pada jasa transportasi darat, laut maupun udara. “Karena itu, diperlukan usaha maupun upaya untuk mengadakan bahan pangan yang mampu memenuhi kebutuhan energi dan gizi dalam keadaan darurat (ditengah pandemi korona) yang dapat langsung dikonsumsi biasa dikenal sebagai pangan darurat. Optimalisasi pangan lokal menjadi pilihan menarik,” katanya. (*)