Siarpedia.com, Yogyakarta – Memasuki bulan ketiga semenjak ditemukannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pandemi ini telah menimbulkan perubahan dalam sektor pangan dan pertanian. Ketersediaan pangan hingga fluktuasi harga bahan pokok terjadi di berbagai daerah, utamanya sebagai dampak dari penerapan kebijakan penanganan Covid-19, berupa physical distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Dampak Covid-19 tidak hanya dari penyakitnya, tetapi juga kebijakan yang diambil, ada PSBB dan sebagainya, itu berpengaruh pada aktivitas perekonomian, pertanian juga terdampak,”
“Dampak Covid-19 tidak hanya dari penyakitnya, tetapi juga kebijakan yang diambil, ada PSBB dan sebagainya, itu berpengaruh pada aktivitas perekonomian, pertanian juga terdampak,” ucap Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ir Masyhuri. Hal ini ia sampaikan dalam diskusi bertema ‘Kemandirian Pangan di masa Pandemi dan Pasca Pandemi’ yang diselenggarakan Dewan Guru Besar UGM.
Menurutnya, dampak pandemi pada sektor pertanian, meliputi berbagai aspek, mulai dari produksi, distribusi, serta konsumsi produk pangan. Harga kebutuhan pangan pun menjadi tidak menentu. Gula serta bawang putih adalah beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, sebaliknya komoditas lain seperti cabai dan sejumlah produk peternakan seperti, daging ayam dan telur mengalami penurunan nilai jual.
Di samping itu, impor produk pertanian yang selama ini belum bisa dipenuhi dengan produksi dalam negeri pun mengalami kendala, karena perubahan kebijakan dari negara-negara eksportir yang berusaha untuk menyimpan hasil produksi untuk kebutuhan dalam negeri. Situasi ini, menurutnya, bisa semakin buruk jika pandemi Covid-19 terjadi berkepanjangan.
Sedangkan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ir Musdhalifah Machmud MT menyatakan, jika pada April 2020, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,13 persen memberikan indikasi penurunan permintaan masyarakat. Konsumsi pangan pun mengalami penurunan 20 persen. Konsumsi daging bahkan diprediksi mengalami penurunan lebih dari 30 persen. (*)