Siarpedia.com, Yogyakarta – Peringatan Hari Bumi tahun ini mengangkat isu utama mewujudkan ‘zero-carbon future’ sepertinya tidak ada yang istimewanya. Bahkan isunya seolah tenggelam di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Ada rencana aksi global bertema ‘EarthRise’ pun tidak dapat terlaksana imbas Covid-1. Meskipun demikian, selama masa pandemi setidaknya bumi nampak lebih sehat.
Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Pramono Hadi MSc menyebut, hal ini disebabkan berkurangnya laju emisi kendaraan, pabrik dan aktivitas industri esktraksi menghentikan sementara aktivitasnya, serta kota berkurang aktivitasnya, yang sekaligus berkurang konsumsi energinya. “Selama masa di rumah saja dan PSBB ini, langit Jakarta menjadi lebih cerah dan biru,” ungkapnya, Jumat, 24 April 2020.
“Bukan hanya itu, bahkan Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrangro terlihat dari Jakarta. Sesuatu yang tidak akan terjadi di situasi Jakarta normal sehingga cukup ramai di dunia maya kemarin penampakannya,”
“Bukan hanya itu, bahkan Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrangro terlihat dari Jakarta. Sesuatu yang tidak akan terjadi di situasi Jakarta normal sehingga cukup ramai di dunia maya kemarin penampakannya,” katanya. Meski begitu, dampak pandemi dari sisi ekonomi dan kesehatan menurutnya sangat mengakhawatirkan, namun masih sedikit yang melihatnya dari ukuran lingkungan.
Sebab, belum ada penelitian khusus dan detail tentang hal tersebut. Namun, kondisi perubahan positif yang terjadi pada lingkungan saat ini terjadi bukan pada kondisi yang semestinya diharapkan. Kondisi saat ini menjadi suatu ironi, namun dampaknya dari sisi lingkungan cukup signifikan. Ia mencontohkan di negara-negara lain demikian juga, sungai Venice menjadi sangat bersih selain tenang, konsumsi BBM menjadi sangat berkurang.
“Bahkan, satwa-satwa liar di Afrika lebih bebas ‘bersantai’ di jalan yang biasanya menjadi jalur Safari. Di New York, penurunan polusi tercatat sampai 50 persen,” katanya. Belajar dari keadaan kesehatan bumi di masa pandemi ini, ia berharap warga dunia dapat menjadi lebih bijak daan memahami bahwa keharmonisan dengan alam itu diperlukan untuk menuju suatu keseimbangan dan keberlanjutan. (*)