Pantai parangtritis.
Pantai parangtritis, Bantul, Yogyakarta.

Siarpedia.com, Yogyakarta – Ekonomi dunia, juga Indonesia kini memang sedang mengalami kemerosotan, namun ekosistem justru membaik. Untuk itu, integrasi ekonomi dan ekologi diperlukan untuk menata ulang pembangunan peradaban manusia di bumi. Meski memiliki dampak negatif, namun di balik pandemi Covid-19 ada pula sisi positifnya, yakni ekosistem bumi yang semakin membaik.

 

Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Baiquni menyatakan, dampak tersebut dapat menjadi momen bagi beberapa bidang, salah satunya pariwisata. Ia mengungkapkan industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami kemerosotan drastis akibat pandemi ini. Berbagai negara membatasi akses penerbangan internasionalnya, sehingga otomatis tingkat kepergian dan kedatangan wisatawan menurun.

 

“Polusi udara juga berkurang, sungai, gunung dan pantai menjadi lebih bersih karena aktivitas manusia berkurang. Manusia sendiri dapat lebih intim berinteraksi dengan keluarganya masing-masing saat berada di rumah selama masa karantina,”

 

“Polusi udara juga berkurang, sungai, gunung dan pantai menjadi lebih bersih karena aktivitas manusia berkurang. Manusia sendiri dapat lebih intim berinteraksi dengan keluarganya masing-masing saat berada di rumah selama masa karantina,” ungkapnya. Baiquni menyebut berbagai kebijakan pembatasan tingkat nasional dan daerah untuk mencegah menyebarnya virus ternyata juga memengaruhi laju industri pariwisata.

 

Dengan kondisi tersebut, maka industri pariwisata perlu berbenah dengan berpatok Sustainable Development Goals (SDGs). “Wisata berbasis penanganan kemiskinan, pengembangan wilayah kepulauan, pelestarian alam, pelestarian lingkungan, pelestarian budaya, pemberdayaan masyarakat, dan puluhan tema lainnya dapat menjadi cara untuk mencapai SDGs melalui dan bersama pariwisata membangun bangsa,” ujarnya.

 

Seperti disampaikan mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Gede Ardikha, yang menawarkan pariwisata berkelanjutan pendekatan menyeluruh Trihita Karana (palemahan, pawongan, parahyangan). Pendekatan tersebut bermakna menyelaraskan hidup berpatok konsep hubungan manusia  dengan alam (hablumminalalamien), memanusiakan sesama manusia (hablumminan naas), serta menghamba kepada yang kuasa (hablum min Allah).  (*)

 

Tinggalkan Balasan