
Siarpedia.com, Yogyakarta – Luka merupakan kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain, sehingga menimbulkan efek traumatis. Gangguan kontinuitas suatu jaringan pada kulit menyebabkan terjadinya pemisahan jaringan yang semula normal menjadi tidak normal. Luka sayatan merupakan jenis luka yang disebabkan oleh teriris alat instrumen yang tajam.
“Proses penyembuhan luka yang terjadi untuk mengatasi luka sayatan dapat dipercepat dengan senyawa memiliki sifat anti-inflamasi enat untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala peradangan. Senyawa anti-inflamasi ini diantaranya terkandung pada daun ketapang,” ungkap Asmi Aris dari Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Senin, 30 Maret 2020.
Berkaitan hal tersebut, ia bersama Miya Kurniawati Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dan Jefri Eko Cahyono Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY juga tertarik untuk meneliti daun ketapang sebagai salep anti inflamasi. Tumbuhan ketapang yang bernama latin Terminalia Catappa memiliki kandungan senyawa obat seperti, flavonoid, alkaloid, tannin, titerpenoid atau steroid, dan saponin.
“Ketapang merupakan jenis tumbuhan berpembuluh, yang memiliki kandungan tannin. Tannin dapat digunakan sebagai antibakteri dalam luka karena terdapat senyawa gugus fenol. Gugus fenol dalam tannin memiliki sifat alkohol yang berperan sebagai antiseptik. Ketika suatu bagian tubuh mengalami luka terbuka, mekanisme inflamasi akan membantu menghilangkan sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan,” ungkapnya.
Sedangkan inflamasi sebagai respon imun pertama untuk merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan. Menghilangkan zat atau objek asing tersebut penting untuk memulai proses penyembuhan. Dengan berbagai mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu pembengkakan pada area tubuh yang mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan, warna kemerahan, dan rasa nyeri. (*)