Siarpedia.com, Yogyakarta – Sebagai guru yang mengajar kaum milenial, sebaiknya pendidik mengenal generasi milenial sebagai bahan pembelajarannnya, serta bagaimana menghadapi mereka. Ada beberapa ciri generasi milenial, antara lain hobi pembayaran non-cash. Menghadapi anak seperti ini model pembelajarannya pun perlu disesuaikan, supaya bisa mengintegrasikan apakah anak dilatih literasi harus siap perkembangan teknologi pula.
“Anak milenial juga suka dengan yang serba cepat dan instan. Kita tidak bisa mengajarkan dari awal sampai akhir. Mahasiswa kalau sedang dijelaskan memilih untuk memfoto slide dari pada menulis. Padahal dinegara maju, seperti di Jepang, siswanya masuk ke kelas, mereka harus menulis / mencatat dibuku,” ungkap Dosen Kimia Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr Eli Rohaeti, Senin, 9 Maret 2020.
Ia menyampaikan hal itu berkaitan Workshop Pembelajaran yang Menarik yang diikuti oleh para guru pembimbing lomba Chemistry Competition (CeC) 2020. Even tersebut diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNY. Sebagai rangkaian dari workshop tersebut, Himaki juga menyelenggarakan lomba Olimpiade Kimia yang diikuti 60 orang dari 14 regional.
Menurutnya, pembelajaran di Jepang, siswa diharuskan memahami dulu baru dicatat intisarinya. Sedangkan guru memberi kesempatan untuk mencatat, sehingga catatannya akan bermakna. “Jadi di Negara maju seperti Jepang, Singapura, AS, Selandia Baru, siswa yang utama dilatih kemampuan literasi dan critical thinking skillnya,” ucap Dosen Jurdik Kimia FMIPA UNY.
Ketua Panitia M Hanif Qodri menjelaskan, untuk peserta lomba diikuti 215 orang dari 12 regional, dan finalnya diambil 60 orang. Ke-12 regional meliputi Pekanbaru, Lampung, Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali, Purwokerto, Makasar, dan Banjarmasin. “Acara CeC ini kami selenggarakan secara rutin. Kompetisi kimia untuk tingkat SMA ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing siswa,” katanya. (*)