Berburu Sensasi Citarasa Ingkung Pajangan

BISNIS kuliner semakin menjamur. Namun setiap kuliner memiliki citarasa khasnya masing-masing. Kali ini penulis mengajak pembaca Siarpedia.com untuk menikmati sensasi rasa dari menu ingkung asal Pajangan Bantul. Berjarak sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta, pemburu kuliner bersedia blusukan untuk menikmati nikmatnya ingkung ini. Ingkung sendiri merupakan makanan tradisional berbahan dasar ayam.
Pada saat dulu, ingkung sering dipakai untuk acara-acara syukuran, seperti tahlilan, perayaan Agustusan maupun acara-acara tradisi lainnya, seperti selamatan kampung. Namun, kini ingkung berubah menjadi sajian istimewa. Bukan hanya hadir di rumah makan sederhana, namun juga sudah banyak tersaji di hotel-hotel dan rumah makan besar. Rumah makan dengan menu ingkung Panjangan terdapat di Desa Kalikijo, Guwosari, Pajangan, Bantul.
Sepanjang kawasan Pajangan tersebut, menjamur rumah makan yang menyajikan masakan ayam kampung yang dikukus dan disajikan dengan kuah semacam opor. Salah satu warung penjual masakan ingkung adalah Ingkung Kuali. Warung yang sudah membuka tiga cabang ini, menyajikan menu ingkung original dan goreng. Harga sepaket ingkung senilai Rp 130.000, sudah lengkap dengan sebakul nasi dan lalapan.
Dengan panduan peta dari Google, kami mengarahkan tujuan ke Ingkung Kuali di Desa Kalikijo. Lokasinya tidak di tepi jalan utama Pajangan, namun harus masuk ke jalan desa kurang lebih 300 meter. Setelah sampai lokasi, kami juga penasaran dengan proses masaknya dan mengintip ke dapur. Ternyata setiap kali pengukusan, satu kuali dari tanah liat dapat menampung 8-9 ekor. Proses pengukusannya memakan waktu 60 menit, dengan pemanasan menggunakan kayu bakar.
Menu ingkung sudah menjadi favorit dua tahun terakhir. Wajar jika menjadi daftar baru yang wajib dinikmati selain gudeg, bakmi Jawa dan lotek saat liburan di Yogyakarta, tepatnya di Bantul. Selain itu, ingkung ayam merupakan sajian wajib pada acara penting dan sakral seperti kenduri.. Meski awalnya ditujukan untuk acara sakral, kini ingkung telah menjelma menjadi sajian istimewa. “Ternyata emang mak nyus,” celoteh, Safitri, pengunjung asal Jakarta. (*)