UNY Dampingi Produsen Nila Krispi Klaten

Siarpedia.com, Sleman – Sebagai pusat kuliner ikan air tawar, Rowo Jombor di Desa Krakitan, Bayat, Klaten, mencanangkan diri dengan gerakan Gemar Makan Ikan (GMI). Petani ikan di Rowo Jombor pun dapat memperoleh panen tiap 3-4 bulan dan menghasilkan 4-5 kuintal ikan per kolam. Di Rowo Jombor sendiri terdapat 454 petani ikan, sehingga diperkirakan hasil panen ikan mencapai 168,556 ton per tahun.
Sedangkan banyak petani ikan di Rowo Jombor lebih memilih budidaya ikan nila merah, nila hitam, lele, patin, dan gurami. Padahal, budidaya baby fish nila lebih menguntungkan dibandingkan dengan ikan nila ukuran besar. Hal ini dikarenakan anakan ikan nila ini dijual dengan harga Rp 17.000 per kg, sedangkan harga ikan nila ukuran 300-500 gram sebesar Rp 20.000-Rp 22.000 per kg di tingkat petani.
Prospek usaha baby fish ini sangat menguntungkan. Selain waktu budidaya yang singkat, harga jual baby fish di supermarket dan di pasaran mencapai Rp 50.000 per kg dalam bentuk beku. Sementara itu, harga baby fish nila goreng krispi berkisar Rp 80.000-Rp 100.000 per kg dan di toko online bisa Rp 100.000-Rp 200.000 per kg. Namun produksi baby fish nila krispi oleh Kelompok Tani Karya Mina Utama di Rowo Jombor belum bisa maksimal.
Permasalahan yang ditemukan di Kelompok Tani Karya Mina Utama, Rowo Jombor sebagai produsen baby fish nila krispi antara lain belum ada standar pengolahan baby fish nila krispi, sehingga mutu produk masih rendah, kemasan dan labeling sangat sederhana bahkan tanpa label. Nila krispi mempunyai kadar minyak tinggi (45-55%) sehingga mudah tengik dan masa simpan produk pendek.
Sebagai perwujudan Tridharma Perguruan Tinggi, tim Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), terdiri dari Dr Nani Ratnaningsih STP MP, dr Tutiek Rahayu MKes dan Dr Mujiyono ST MT WEng melakukan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan mutu produk baby fish nila krispi di Kelompok Tani K