Sisi Lain Gudeg, Kuliner Ikonik Yogya

Gudeg maknyus
Gudeg maknyus.

APAKAH Anda orang Yogya, atau sedang mengisi liburan di Kota Pelajar ini. Jika iya, tentu sejumlah menu kuliner ikonik sudah dikenal dan dicicipinya. Sebagai tujuan wisata, Yogyakarta menyuguhkan banyak inovasi kuliner yang layak Anda coba. Bukan saja hanya sebagai penganjal perut, namun Anda bisa menikmati sensasi kulinernya.  Namun yang melegenda dan sepertinya tidak tergerus nyaman, ya kuliner gudeg. Ya, salah satu makanan khas Yogya yang cukup digemari, yaitu gudeg. Pastinya masyarakat sudah mencoba, bahkan mungkin ada yang menjadikan gudeg sebagai makanan favoritnya setiap hari atau sekedar bernostalgia dengan si gudeg.

 

Kenapa penulis tertarik dengan sisi lain dari gudeg ? Karena penulis akan mereview gudeg dari sisi yang tidak banyak orang mengetahui tentang kuliner ikonik ini. Secara prinsip pembuatan gudeg hampir sama, masakan bercitarasa manis, meski saat ini inovasi terus dilakukan dari mengkombinasikan bahan, proses pengolahan sampai toping atau penambah selera makan. Tentu dengan label nama yang mirip-mirip apa yang hendak ditawarkan kepada konsumen. Gudeg terbuat dari nangka muda yang dimasak berjam-jam menggunakan santan dan daun jati, sehingga menghasilkan warna yang kecokelatan.

 

Rasanya manis dan sangat lezat disantap bersama nasi panas, sebagai pelengkap bisa kasih lauk ayam kampung, telur, tahu, dan sambal goreng krecek yang gurih dan pedas. Kuliner khas ini  bisa jadi sarapan, makan siang hingga tengah malam. Gudeg merupakan kuliner yang bisa dibilang, tersedia 24 jam di Yogyakarta. Mau kering, manis atau basah dan gurih? Sama-sama gudeg, tapi beda kios, beda racikan.  Nah, di Yogyakarta ada banyak sekali penjual gudeg yang bisadi temui dan selalu diburu wisatawan. Dari gudeg racikan warung lesehan sampai resto-resto ternama. Bahkan, sudah ada gudeng kalengan yang awet sebagai oleh-oleh saudara.

 

Sensansi gudeg yang tidak kalah asik adalah gudeg gledeg, wah dilihat dari namanya sudah seram, seakan-akan apabila kita menyantap gudeg tersebut akan terasa seperti tersambar petir atau gledek. Atau gudeg bu A yang artinya pemiliknya ya si A itu. Termasuk yang pernah ngetren yo gudeg mercon, karena taburan cabenya yang lumayan membuat perut ikutan panas, mulut pun tak bisa berhenti minum. Penjual gudeg di Yogya pun sudah bertebaran, dari kelas kaki lima sampai restoran. Biasanya setelah membuka daftar menu, range harga yang ditawarkan juga cukup murah. Yaitu mulai dari Rp 10.000,00 untuk nasi gudeg biasa sampai sekitar Rp 25.000,00 untuk nasi gudeg komplit. Tidak ada yang berbeda ketika melihat nasi gudeg, krecek beserta dengan lauk pauknya seperti ayam yang disuwir.

 

Namun ketika dicicipinya, kreceknya sangat pedas dan ternyata nama krecek ini adalah krecek gledek. Itulah yang menyebabkan kenapa nama makanan ini adalah Gudeg Gledek, karena kita seakan-akan tersambar gledek ketika menyantap krecek gledek tersebut. Kreceknya sendiri bisa dipesan yang biasa dan tidak pedas. Hal lainnya adalah, nasi gudeg ini cukup nikmat dan tidak terlalu manis seperti gudeg asli Jogja pada umumnya. Gudeg ini lebih terasa gurih dan cocok bagi yang tidak terlalu suka gudeg yang rasanya agak manis.  Jadi bicara gudeg kini tidak lagi rasa manis yang mendominasi, namun kepedesan versi level-levelan pun bermunculan mengikuti proses zaman.    (*)

 

Sisi Lain Gudeg, Kuliner Ikonik Yogya
Ditag di:        

Tinggalkan Balasan